WA: 0812 8595 8481
View : 310 kali.
Materi Kuliah Ekonomi Koperasi dan UMKM02.04 Alasan Bergabung Menjadi Anggota Koperasi
# Koperasi bekerja bersama, Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs), Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs), Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang (Social Needs), Kebutuhan Akan Pe
Sebagai warga negara Indonesia, tentunya kita tidak asing dengan istilah koperasi. Koperasi adalah suatu bidang usaha dimana kita dapat menjual barang/jasa dan mengikuti program menabung bahkan meminjam uang. Koperasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu "co" yang berarti bersama dan "operation" yang berarti bekerja.
Jadi, menurut bahasa, koperasi ialah bekerja secara bersama-sama. Sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, "Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan". Sebagai gerakan ekonomi rakyat, biasanya koperasi sangat terbuka untuk masyarakat yang ingin bergabung. Seperti Koperasi "di salah satu kampus", ia terbuka dalam menerima mahasiswa di kampus tersebut atau mahasiswa luar untuk bergabung menjadi anggota koperasi. Namun, apa sih yang mendorong mereka untuk bergabung dengan koperasi?
Jawaban yang paling umum yang dapat diberikan terhadap pertanyaan tersebut adalah bahwa indibidu-individu akan menjadi atau meneruskan tetap tinggal menjadi anggota dalam sebuah koperasi bila mereka mengharapkan "manfaat" atau faedah yang dapat mereka peroleh dari suatu koperasi lebih besar daripada faedah yang mereka dapat memperoleh kalau tidak menjadi anggota karena bisnis dengan organisasi nonkoperasi atau koperasi saingannya.
Manfaat di sini diartikan sebagai nilai subyektif dari suatu alternatif yang terbuka bagi seorang. Bila seseorang lebih menyukai satu jeruk daripada tiga apel, maka satu jeruk itu mempunyai nilai manfaat yang lebih besar bagi orang itu daripada tiga apel. Dalam hal ini "value" atau nilai mempertunjukkan kapasitas potensial dari suatu objek atau aksi untuk memuaskan kebutuhan manusia. Kebutuhan ini dapat dipandang dari sudut ekonomi dan nonekonomi.
Gambaran yang nyata dari kebutuhan ini digambarkan oleh Maslow dalam Five Hierarchi of needs, yaitu :
1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
2) Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
3) Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang (Social Needs)
4) Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)
5) Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)
1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan ujuntuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang, pangan, papan). Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.
2) Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.
2) Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti kriminalitas, perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Serta kebutuhan secara psikis yang mengancam kondisi kejiwaan seperti tidak diejek, tidak direndahkan, tidak stres, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan sangat terancam. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.
3) Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang (Social Needs)
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut pada kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya.
4) Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
5) Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. Pada tahap ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan sangat terancam. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.
3) Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang (Social Needs)
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut pada kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya.
4) Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan memiliki prestise. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
5) Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. Pada tahap ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.
Berikut tujuh alasan kenapa kita harus bergabung dengan koperasi.
1. Koperasi dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia
Koperasi memiliki kedudukan yang sangat penting pada sistem perekonomian Indonesia. Sebagai sokoguru ekonomi, koperasi berperan dalam menumbuhkan ekonomi rakyat yang bersifat kebersamaan dan gotong royong. Kehadiran koperasi diharapkan dapat menolong nasib anggotanya yang membutuhkan pekerjaan untuk mengelola usahanya. Koperasi memberi kesempatan bagi tenaga kerja untuk belajar manajemen keuangan serta mendapatkan penghasilan setiap bulan dari hasil pengelolaan koperasi. Dengan begitu, koperasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Itulah mengapa koperasi berperan dalam tatanan perekonomian Indonesia. Dengan memberdayakan koperasi, berarti juga dapat memberdayakan masyarakat, yang kemudian akan mampu memberdayakan perekonomian nasional.
2. Alternatif tempat menabung
Ternyata tidak hanya di bank saja, koperasi juga dapat menjadi wadah untuk menabung. Tabungan anggota koperasi ini dinamakan Simpanan Sukarela. Berbeda dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, simpanan sukarela merupakan simpanan yang disetorkan oleh anggota dengan jumlah yang tidak ditentukan, tetapi bergantung kepada kemampuan anggota dan dapat diambil kapan pun. Simpanan sukarela dapat ditarik ketika dibutuhkan sesuai dengan kesepakatan anggota dan pengurus. Dalam pencatatan, simpanan sukarela bukan termasuk modal usaha anggota atau koperasi, terkecuali atas kesepakatan anggota dan pengurus untuk keperluan berinvestasi.
3. Memiliki wadah sebagai tempat berkembang
Disamping sebagai ladang mencari penghasilan, koperasi juga merupakan wadah pengembangan diri, seperti kegiatan seminar atau perlombaan. Di koperasi "Kopma UGM" sendiri terdapat wadah bagi para anggotanya untuk mengembangkan minat, bakat, dan ide-ide dalam bentuk Gugus Komunitas. Adapun Gugus Komunitas tersebut, diantaranya: Speaking Club, Trainer Community, Kopma Design Center, Gerakan Cinta Koperasi, Kewirausahaan, Lembaga Penerbitan, Sport Society, Riset, dan Informatika dan Teknologi Club. Contohnya di komunitas Kewirausahaan, kita dapat melakukan praktek penjualan serta melakukan kunjungan ke tempat-tempat kewirausahaan atau UMKM, atau mengikuti seminar-seminar kewirausahaan. Kita juga bisa menjadi delegasi pada lomba-lomba yang membawa nama koperasi "Kopma UGM", yaitu dengan masuk ke komunitas Gerakan Cinta Koperasi.
4. Mendapat SHU tiap tahun
SHU atau Sisa Hasil Usaha merupakan keuntungan yang diterima anggota koperasi setiap tahunnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, sisa hasil usaha adalah pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Di koperasi "Kopma UGM", SHU dibagikan tiap akhir periode Kepengurusan. Jumlah SHU setiap anggota berbeda-beda tergantung besaran poin aktivitas dan belanja. Jika mengikuti kegiatan-kegiatan seperti kepanitiaan, lomba, pendidikan 3D, ataupun tim kerja, maka kita akan mendapatkan poin aktivitas. Sedangkan, jika kita melakukan pembelian atau penggunaan jasa di divisi usaha Kopma UGM, maka akan mendapatkan poin belanja. Poin belanja ini cukup menguntungkan karena berbagai diskon dan penawaran menarik dari poin belanja yang kita dapatkan. Sebagai anggota koperasi âœKopma UGMâ, kita berhak mendapatkan keuntungan ini. Ketentuan pembagian SHU ini diatur sesuai dengan kesepakatan seluruh anggota melalui rapat anggota.
5. Asas Kekeluargaan Koperasi
Koperasi berdiri atas asas kekeluargaan, dimana anggota dapat saling membantu satu sama lain. Dengan bergabung menjadi anggota koperasi, tentu saja akan mendapatkan jaringan relasi yang lebih luas. Kita dapat bertemu dan berkenalan dengan anggota-anggota lain sehingga membentuk koneksi. Memiliki relasi yang luas dan koneksi yang baik sangat diperlukan ketika kita mulai berusaha atau menjadi wirausaha.
6. Belajar berwirausaha
Di dalam koperasi, anggota tidak hanya dapat berperan sebagai konsumen, namun juga sebagai produsen. Koperasi dapat membantu untuk menjual produk dari usaha kita. Produk anggota dapat dijual melalui koperasi, sehingga pasar yang terbuka lebih luas. Kita akan mendapatkan customers yang tidak hanya dari anggota koperasi, tetapi juga dari masyarakat sekitar koperasi atau orang lain yang berhubungan dengan relasi kita. Kita dapat mengembangkan potensi dan ekonomi pula dengan kemudahan pinjaman dana usaha dari koperasi.
7. Berkesempatan bergabung menjadi bagian kepengurusan staf yang dapat ditulis dalam CV sebagai softskill
Tidak semua Unit Kegiatan Mahasiswa menyediakan wadah dimana kita dapat terjun langsung dan terlibat mengurus seluk beluk koperasi "Kopma UGM". Pengalaman menjadi anggota koperasi "Kopma UGM" yang didapatkan bisa setara dengan pengalaman magang karena kepengurusan staf berkompromi langsung dengan pihak karyawan. Pengalaman ini dapat kita masukkan sebagai softskills di dalam CV.
1. Koperasi dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia
Koperasi memiliki kedudukan yang sangat penting pada sistem perekonomian Indonesia. Sebagai sokoguru ekonomi, koperasi berperan dalam menumbuhkan ekonomi rakyat yang bersifat kebersamaan dan gotong royong. Kehadiran koperasi diharapkan dapat menolong nasib anggotanya yang membutuhkan pekerjaan untuk mengelola usahanya. Koperasi memberi kesempatan bagi tenaga kerja untuk belajar manajemen keuangan serta mendapatkan penghasilan setiap bulan dari hasil pengelolaan koperasi. Dengan begitu, koperasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Itulah mengapa koperasi berperan dalam tatanan perekonomian Indonesia. Dengan memberdayakan koperasi, berarti juga dapat memberdayakan masyarakat, yang kemudian akan mampu memberdayakan perekonomian nasional.
2. Alternatif tempat menabung
Ternyata tidak hanya di bank saja, koperasi juga dapat menjadi wadah untuk menabung. Tabungan anggota koperasi ini dinamakan Simpanan Sukarela. Berbeda dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, simpanan sukarela merupakan simpanan yang disetorkan oleh anggota dengan jumlah yang tidak ditentukan, tetapi bergantung kepada kemampuan anggota dan dapat diambil kapan pun. Simpanan sukarela dapat ditarik ketika dibutuhkan sesuai dengan kesepakatan anggota dan pengurus. Dalam pencatatan, simpanan sukarela bukan termasuk modal usaha anggota atau koperasi, terkecuali atas kesepakatan anggota dan pengurus untuk keperluan berinvestasi.
3. Memiliki wadah sebagai tempat berkembang
Disamping sebagai ladang mencari penghasilan, koperasi juga merupakan wadah pengembangan diri, seperti kegiatan seminar atau perlombaan. Di koperasi "Kopma UGM" sendiri terdapat wadah bagi para anggotanya untuk mengembangkan minat, bakat, dan ide-ide dalam bentuk Gugus Komunitas. Adapun Gugus Komunitas tersebut, diantaranya: Speaking Club, Trainer Community, Kopma Design Center, Gerakan Cinta Koperasi, Kewirausahaan, Lembaga Penerbitan, Sport Society, Riset, dan Informatika dan Teknologi Club. Contohnya di komunitas Kewirausahaan, kita dapat melakukan praktek penjualan serta melakukan kunjungan ke tempat-tempat kewirausahaan atau UMKM, atau mengikuti seminar-seminar kewirausahaan. Kita juga bisa menjadi delegasi pada lomba-lomba yang membawa nama koperasi "Kopma UGM", yaitu dengan masuk ke komunitas Gerakan Cinta Koperasi.
4. Mendapat SHU tiap tahun
SHU atau Sisa Hasil Usaha merupakan keuntungan yang diterima anggota koperasi setiap tahunnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, sisa hasil usaha adalah pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Di koperasi "Kopma UGM", SHU dibagikan tiap akhir periode Kepengurusan. Jumlah SHU setiap anggota berbeda-beda tergantung besaran poin aktivitas dan belanja. Jika mengikuti kegiatan-kegiatan seperti kepanitiaan, lomba, pendidikan 3D, ataupun tim kerja, maka kita akan mendapatkan poin aktivitas. Sedangkan, jika kita melakukan pembelian atau penggunaan jasa di divisi usaha Kopma UGM, maka akan mendapatkan poin belanja. Poin belanja ini cukup menguntungkan karena berbagai diskon dan penawaran menarik dari poin belanja yang kita dapatkan. Sebagai anggota koperasi âœKopma UGMâ, kita berhak mendapatkan keuntungan ini. Ketentuan pembagian SHU ini diatur sesuai dengan kesepakatan seluruh anggota melalui rapat anggota.
5. Asas Kekeluargaan Koperasi
Koperasi berdiri atas asas kekeluargaan, dimana anggota dapat saling membantu satu sama lain. Dengan bergabung menjadi anggota koperasi, tentu saja akan mendapatkan jaringan relasi yang lebih luas. Kita dapat bertemu dan berkenalan dengan anggota-anggota lain sehingga membentuk koneksi. Memiliki relasi yang luas dan koneksi yang baik sangat diperlukan ketika kita mulai berusaha atau menjadi wirausaha.
6. Belajar berwirausaha
Di dalam koperasi, anggota tidak hanya dapat berperan sebagai konsumen, namun juga sebagai produsen. Koperasi dapat membantu untuk menjual produk dari usaha kita. Produk anggota dapat dijual melalui koperasi, sehingga pasar yang terbuka lebih luas. Kita akan mendapatkan customers yang tidak hanya dari anggota koperasi, tetapi juga dari masyarakat sekitar koperasi atau orang lain yang berhubungan dengan relasi kita. Kita dapat mengembangkan potensi dan ekonomi pula dengan kemudahan pinjaman dana usaha dari koperasi.
7. Berkesempatan bergabung menjadi bagian kepengurusan staf yang dapat ditulis dalam CV sebagai softskill
Tidak semua Unit Kegiatan Mahasiswa menyediakan wadah dimana kita dapat terjun langsung dan terlibat mengurus seluk beluk koperasi "Kopma UGM". Pengalaman menjadi anggota koperasi "Kopma UGM" yang didapatkan bisa setara dengan pengalaman magang karena kepengurusan staf berkompromi langsung dengan pihak karyawan. Pengalaman ini dapat kita masukkan sebagai softskills di dalam CV.
NEXT:
02.05 Prasyarat Keunggulan Koperasi
PREV:
02.03 Masalah Bisnis dengan Non Anggota