View : 122 kali.
Home > Cerpen Pak MurdanSelasa, 11 Maret 2025
Hukuman Langit untuk Kaum Fitnah

Salah satu dari mereka adalah Bang Roy, seorang mantan mahasiswa abadi yang punya spesialisasi bikin hoaks di media sosial. "Prabowo itu pemimpin yang nggak becus!” katanya sambil menyeruput kopi gratis di warkop langganannya. "Jokowi juga dulu gitu, penuh pencitraan doang! Kalian percaya sama mereka? Gila kali!”
Duduk di sebelahnya ada Mbah Wakijan, seorang kakek yang sejak tahun 1945 sudah protes terus tapi nggak pernah sukses jadi anggota DPR. "Kita harus demo besar-besaran!” katanya, padahal setiap demo dia pasti nyari spot buat rebahan di bawah pohon.
Lalu ada Ucup, pemuda yang belum pernah bayar pajak seumur hidupnya tapi paling vokal soal keuangan negara. "Anggaran pendidikan dipotong! Kita bakal jadi bodoh semua!” serunya, meski dia sendiri terakhir kali baca buku pas SD.
Mereka pun merencanakan demo besar-besaran bertajuk "Indonesia Super Gelap!" yang tujuannya bikin pemerintah panik. Mereka menyebar hoaks ke mana-mana, dari media sosial sampai grup arisan emak-emak. "Prabowo mau bikin negara jadi kerajaan! Jokowi masih tarik tali di belakang layar!” begitu bunyi fitnah yang mereka sebarkan.
Tapi tak disangka, langit ternyata nggak suka sama kelakuan mereka.
Hari H demo pun tiba. Ribuan orang berkumpul, membawa spanduk besar dengan tulisan-tulisan provokatif. Bang Roy berpidato di depan massa, "Waktunya kita lawan penguasa!”
Tiba-tiba, DUAR! Petir menyambar tiang mikrofon. Bang Roy tersentak, rambutnya langsung berdiri kayak kena setrika, dan suara toanya langsung mati.
Mbah Wakijan yang biasanya bertenaga kuda mendadak kena encok akut. "Aduh, encokku kambuh!” jeritnya sambil jatuh ke trotoar. Entah kenapa, di usia 80 tahun, dia baru sekarang sadar kalau demo itu melelahkan.
Sementara itu, Ucup yang sedang live di TikTok malah kena sial lebih besar. Algoritma TikTok mendadak ngambek dan malah nge-banned akunnya. "Lho kok kena banned?!” teriaknya panik. Lebih buruk lagi, notifikasi muncul di layar HP-nya: "Akun Anda dibekukan karena menyebarkan hoaks”
Tak lama setelah itu, hujan deras mengguyur tanpa ampun. Semua peserta demo basah kuyup, spanduk mereka luntur, dan tulisan "Indonesia Super Gelap" berubah jadi "Indonesia Super Becek". Beberapa peserta yang memakai jas hujan murahan malah warna badannya jadi merah, kuning, dan hijau akibat luntur.
Sebagai puncaknya, seekor kambing liar tiba-tiba nyelonong ke panggung dan menanduk Bang Roy sampai jatuh. "Astaga! Ini pasti konspirasi penguasa!” jeritnya. Padahal kambingnya cuma lapar dan ngira Bang Roy itu rumput gajah.
Di balik semua kekacauan itu, seorang kakek tua misterius muncul, mengenakan sorban putih dan memegang tongkat kayu. Dia berkata dengan suara lantang, "Wahai kaum penyebar fitnah! Kalian telah mendapatkan hukuman dari langit! Kalian menjelekkan pemimpin yang telah berusaha, tapi kalian sendiri malas berbuat sesuatu! Ini baru permulaan!”
Tiba-tiba, semua HP milik pendemo mengalami error serentak. Grup WhatsApp hoaks mendadak hilang, akun media sosial mereka ter-reset, dan semua orang yang pernah mereka fitnah kini muncul di beranda mereka dengan wajah tersenyum.
Sejak hari itu, Bang Roy dan kawan-kawannya kapok menyebarkan fitnah. Mereka akhirnya memutuskan untuk bekerja beneran, walau tetap suka protes. Bedanya, kali ini mereka protes kenapa gaji UMR nggak cukup buat nongkrong di kafe mahal.
Sementara itu, di istana, Presiden Prabowo hanya tertawa kecil melihat berita di TV. "Aneh-aneh saja mereka itu,” gumamnya sambil menyeruput teh hangat. "Kasih makanan gratis aja deh, biar nggak lapar dan bikin demo lagi.”
Dan begitulah akhir kisah mereka, yang dulu suka menjatuhkan orang lain, tapi akhirnya malah jatuh sendiri karena keisengan langit. Tuhan memang punya cara unik buat ngajarin orang-orang kayak mereka.
NEXT:
Ketika Dunia Butuh Liburan
PREV:
Bitcoin Jatuh, Dompet Ikut Lemas